Sunday, May 12, 2013

Imam Suyuthi

Imam Suyuthi - Imam Suyuthi bernama Abdurrahman bin Abi Bakar bin Muhammad bin Saabiquddien bin al-Fakhr Utsman bin Nashiruddien Muhammad bin Saifuddin Khadhari bin Najmuddien Abi ash-Shalaah Ayub ibn Nashiruddien Muhammad bin as Syaikh Hammamuddien al-Hammam al Khadhari al Asyuuthi. Lahir ba’da Maghrib hari Ahad malam, bulan Rajab tahun 849 Hijriyah, yakni enam tahun sebelum wafat bapaknya2 .

Asal usul beliau Rahimahullah 
Jalaluddien as-Suyuthi berasal dari lingkungan cendekiawan sejak kecilnya. Bapaknya berusaha mengarahkan ke arah kelurusan dan keshalihan. Adalah beliau hafal al-Qur’an di usianya yang sangat dini dan selalu diikutkan bapaknya di majelis ilmu dan berbagai majelis qadhinya.

Dan bapaknya telah memintakan kepada imam Ibnu Hajar al-Asqalani supaya mendoakannya diberi berkah dan taufiq. Dan adalah bapaknya melihat dalam diri anaknya seperti yang didapati dalam diri Ibnu Hajar, hingga ketika beliau minum sebagian diberikan kepada anaknya dan mendoakannya agar ia seperti Ibnu Hajar, menjadi ulama yang trampil dan tokoh penghafal (hadits). Bapaknya wafat sedangkan ia (imam Suyuthi) baru berumur lima tahun tujuh bulan. Tetapi Allah telah memeliharanya dengan taufiq dari-Nya dan mengasuhnya dengan asuhan-Nya. Ini terbukti dengan telah ditakdirkan Allah Ta’ala untuknya al-‘Allamah Kamaaluddien bin Humam al Hanafi, pengarang Fathul Qadir untuk menjadi guru asuhnya. Hingga hafal al-Qur’an dalam umur delapan tahun, kemudian menghafal kitab al’Umdah lalu Minhajul Fiqhi dan Ushlu, serta alfiyah Ibnu Malik. Dan mulai menyibukkan diri dengan ilmu pada tahun 864 H, yakni ketika berumur 15 tahun.

Menimba ilmu fiqih dari Siraajuddien al-Balqaini. Bahkan muzalamah kepada beliau hingga wafatnya. Kemudian muzalamah kepada anak beliau, dan menyimak banyak pelajaran darinya seperti al-Haawi ash-Shaghir, al-Minhaaj Syarah a-Minhaaj dan ar-Raudhah. Belajar Faraidl dari Syaikh Syihaabuddien as-Syaarmasaahi, dan muzalamah kepada asy Syari al Manaawi Abaaz Kuriya Yahya bin Muhammad kakak dari Abdurrauf pensyarah al Jami’ ash-Shaghir. Kemudian menimba ilmu bahasa Arab dan ilmu hadits kepada Thaqiyuddien as-Syamini al Hanafi (872 H). Lalu muzalam kepada syaikh Muhyiddien Muhammad bin Sulaiman ar-Ruumi al Hanafi selama 14 tahun. Dari beliau ia menimba ilmu tafsir, ilmu ushlu, ilmu bahasa Arab dan ilmu Ma’ani. Juga berguru kepada Jalaaluddien al Mahili (864 H) dan ‘Izzul Kinaani Ahmad bin Ibrahim al Hambali. Dan membaca Shahih Muslim, Asy Syafa, Alfiyah Ibnu Malik dan penjelasannya kepada Syamsu As Sairaarni. Imam Suyuthi tidak mau meninggalkan satu cabang ilmu pun kecuali ia berusaha untuk mempelajarinya, seperti ilmu hitung dan ilmu faraidl dari Majid bin as Sibaa’ dan Abdul Aziz al Waqaai serta Ad-Diwwani ar Ruumi. Hal ini sesuai dan didukung oleh keadaan waktu itu dimana dia dapat menimba ilmu dari banyak syaikh. Ia tidak pernah merasa cukup dengan ilmu yang telah dimilikinya, baik ilmu bahasa maupun ilmu dien demikian pula ia tidak merasa cukup dengan para ulama yang telah ia temui. Bahkan ia rahala (bepergian jauh) sekedar untuk mencari ilmu dan riwayat hadits, hingga ke negeri Maghribi (Tanjung Harapan, sebelah ujung barat pulau Afrika), ke Yaman, India, Syam, Mahallah (di Mesir Barat), Dimath (sebuah kota di tepi sungai Nil Mesir) dan Fayyum (Mesir) serta negeri-negeri Islam lainnya. Telah menunaikan ibadah haji dan telah minum air zamzam dengan harapan supaya dapat seperti Syaikh Al-Balqaini dalam menguasai ilmu fiqih dan dapat seperti Ibnu Hajar dalam menguasai ilmu hadits. Demikian lah imam yang mulia ini, mengadakan perjalanan yang tidak tanggung-tanggung dengan segala kesusahannya hanya untuk dapat menimba ilmu. Banyak sekali gurunya. Bahkan disebutkan oleh Syaikh Abdul Wahhab as Sya’rani dalam kitab Thabaqat bahwa gurunya lebih dari enam ratus orang.

Sesuai dengan banyaknya syaikh dan jauhnya perjalanannya dalam menimba ilmu, hal itu didukung pula oleh kemampuannya untuk semaksimal mungkin dalam memanfaatkan perpustakaan Madrasah Mahmudiyyah. Berkata al-Maqrizi bahwa di dalam perpustakaan ini terdapat segala jenis kitab-kitab Islam, dan madrasah ini merupakan sebaik-baik madrasah yang ada, yang dinasabkan kepada Mahmud bin as-tadar, yang berdiri tahun 897 H. Dan kitab-kitab yang ada tersebut merupakan kitab yang paling lengkap dari yang ada sekarang di Qahirah, yang merupakan koleksi dari Burhan ibn Jama’ah dan kemudian dibeli oleh Mahmud al-Astadaar dengan uang warisannya setelah ia wafat dan kemudian diwaqafkan.

Hingga matanglah kepribadian Suyuthi dan sempurnalah pembentukan ilmunya pada taraf syarat mampu untuk berijtihad. Beliau seorang yang mudah mengerti, kuat hafalannya, dianugerahi Allah dengan otak yang cerdas, disamping itu beliau adalah seorang yang ‘abid (ahli ibadah), zuhud, tawadlu’! Tidak mau menerima hadiah raja. Pernah ia diberi hadiah raja Ghuuri seorang budak perempuan dan uang banyak seribu dinar. Maka dikembalikannya uang itu sedangkan budak perempuan itu dimerdekakannya dan menjadikannya sebagai pelayan di Hujrah Nabawi. Lalu ia berkata kepada sang penguasa itu: “Jangan berusaha memalingkan hanya dengan memberi hadiah semacam itu karena Allah telah menjadikan aku merasa tidak butuh dari hal-hal semacam itu”.

Oleh karena itu beliau Rahimahullah dikenal sebagai seorang yang berani tapi beradab, semangat dalam menegakkan hukum-hukum syar’i dan mengamalkannya, tanpa memihak kepada seorang pun. Tidak takut dalam kebenaran celaan orang yang mencela. Ia telah diminta untuk memberikan fatwa serta urusan-urusan yang bersangkutan dengan kehakiman, maka beliau tetap berusaha untuk adil dan menerapkan hukum-hukum dien tanpa memperdulikan kemarahan umara’ maupun penguasa. Bahkan jika ia melihat ada Qadhi’ (Hakim) yang mentakwilkan hukum sesuai dengan kehendak penguasa, bertujuan menjilat mereka maka beliau menentangnya dan menyatakan pengingkarannya serta cuci tangan darinya. Menerangkan kesalahannya, dan meluruskannya seperti yang dikemukakannya dalam kitab Al Istinsharu bin Wahid al Qahhar. Beliau terlalu disibukkan dengan memberi pelajaran dan berfatwa sampai umur 40 tahun, kemudian beliau lebih mengkhususkan untuk beribadah dan mengarang kitab. Dan karangan imam Suyuthi Rahimahullah lebih dari 500 karangan. Berkata imam Suyuthi: “Kalau seandainya aku mau maka kau mampu untuk menyusun kitab yang membahas setiap masalah dengan segala teori dan dalil-dalil yang kami nukil, qiyasnya, keterangannya, bantahan-bantahannya, jawaban-jawabannya, muwazanahnya antara perselisihan berbagai mahdzab tentang masalah itu, dengan fadlilah Allah, tidak dengan saya kemampuanku, karena sesungguhnya tidak ada kekuatan kecuali dari Allah”.

Kitab-Kitab Karangan Imam Suyuthi
Adapun kitab-kitab yang disusun oleh imam Suyuthi Rahimahullah antara lain sebagai berikut:

  1. al itqaan fi ‘Uluumil Qur’an 
  2. ad durrul mantsur fit tafsiril ma’tsuur 
  3. tarjuuman al-qur’an fit tafsir 
  4. israaru at tanzil atau dinamakan pula qathful azhaar fii kasyfil as-raar 
  5. lubaab an nuzul fi asbaabi an nuzul 
  6. mifhamaat al aqraan li mubhamaat al qur’an 
  7. al muhadzdzab fiima waqa’a fil qur’an minal mu’arrab 
  8. al aklil fi istimbath at tanzil 
  9. takmilatu tafsiir as syaikh jalaaluddien al mahili 
  10. at tahiir fi ‘uluumi tafsir 
  11. haasyiyah ‘ala tafsiri al-baidlawi 
  12. tanaasuq ad duraru fi tanaasub as suwari 
  13. maraashid al mathaali fi tanaasub al maqaathi’ wal mathaali 
  14. majma’u al-bahrain wa mathaali’u al badrain fi at tafsiir 
  15. mafaatihu al ghaib fi at tafsiir 
  16. al azhaar al faaihah ‘alal fatihah 
  17. syarh al isti’adzah wal kasmalah 
  18. al kalaam ‘ala awalil fathi 
  19. syarh as syatibiyah 
  20. al alfiyah fil qara’at al asyri 
  21. khimaayal az zuhri fi fadla’il as suwari 
  22. fathul jalil li ‘abdi adz dzalil fil anwa’il badi’ah al mustakhrijah min qaulihi ta’ala: allahu waliyyulladziina aamanu 
  23. al qaul al fashih fi ta’yiini adz-dzabiih 
  24. al yaddul bustha fi ash shalaatil wustha’ 
  25. mu’taraku al aqraan fi musytarikil qur’an 
  26. ini yang berkenaan dengan ilmu tafsir 


Adapun yang berkenaan dengan ilmu hadis antara lain sebagai berikut:

  1. ‘ainul ishabah fi ma’rifati as shahabah 
  2. durru ash shahabah fiman dakhala mishra minash shahabah 
  3. hisnul muhadlarah 
  4. riihu an nisriin fiman ‘aasya minash shahabah miata wa’isyriin 
  5. is’aaful mubtha’bi rijaalil muwatha’ 
  6. kasyfu at talbiis ‘an qalbi ahli at tadliis 
  7. taqriibul ghariib 
  8. al madraju ilal mudraji 
  9. tadzkirah al mu’tasi min hadits man haddatsa wa nasiy 
  10. asma’ul mudallisiin 
  11. al lam’u fi asma’i man wadli’i 
  12. ar raudlul mukallal wal waradul mu’allal mushthalah dan masih banyak lagi
Imam Suyuthi Rahimahullah wafat pada hari Jum’at malam tanggal 19 Jumadal Ulama-ulama tahun 911 H seperti yang disebutkan oleh Sya’raani dalam kitab Dzail Thabaqatnya. Sebelumnya beliau menderita sakit selama tujuh hari, dan akhirnya wafat dalam umur 61 tahun 10 bulan dan 18 hari. Dikuburkan di pemakaman Qaushuun atau Qaisun, di luar pintu gerbang Qarafah, atau yang dikenal dengan sebutan Buwabah as Sayyidah ‘Aisyah (pintu gerbang Sayyidah ‘Aisyah), Qahirah

Ada baiknya jika anda mau meninggalkan kritik dan saran, Demi meningkatkan Blog ini. Namun jangan pernah untuk mencoba meninggalkan jejak spam anda disini.
EmoticonEmoticon